Istana Tampak Siring
terletak di Desa Tampak Siring, Kecamatan Tampak Siring, Kabupaten
Gianyar, Propinsi Bali, Indonesia. Istana Tampak Siring yang terletak di
Kabupaten Gianyar, Propinsi Bali, merupakan satu-satunya Istana Kepresidenan
yang dibangun setelah Indonesia Merdeka. Kelima istana lainnya merupakan
bangunan yang telah berdiri sejak jaman kolonialisme Belanda, antara lain
Istana Negara dan Istana Merdeka (Jakarta), Istana Bogor (Bogor), Istana
Cipanas (Cipanas), serta Gedung Agung (Yogyakarta). Istana Tampak Siring
biasanya digunakan oleh presiden untuk beristirahat, melakukan rapat kerja,
serta melakukan perundingan luar negeri. Pada tanggal 27 April 2007, misalnya,
Istana Tampak Siring menjadi saksi perjanjian ekstradisi antara Indonesia dan
Singapura.
Nama Tampak Siring
berasal dari dua buah kata dalam bahasa Bali, yaitu tampak dan siring yang
berarti: “telapak” dan “miring”. Penamaan tersebut berkaitan erat dengan
legenda masyarakat setempat tentang Raja Mayadenawa. Raja ini dikenal pandai
dan sakti mandraguna.
Istana Tampak
Siring dibangun oleh seorang arsitek bernama R.M. Soedarsono atas prakarsa
Presiden Soekarno. Pembangunan istana kepresidenan ini terbagi ke dalam dua
masa, yaitu tahun 1957 dan 1963. Pada tahun 1957, di kompleks ini dibangun
Wisma Merdeka dan Wisma Yudhistira. Sementara pada tahun 1963, pembangunan
tahap kedua merampungkan dua gedung utama lainnya, yaitu Wisma Negara dan Wisma
Bima, serta satu Gedung Serba Guna (gedung konferensi).
Istana Tampak Siring
dibangun di areal berbukit dengan ketinggian sekitar 700 meter di atas
permukaan laut (DPL). Para pelancong yang mengunjungi tempat ini dapat
menyaksikan riwayat dan fungsi gedung bersejarah yang pernah digunakan oleh
para presiden Republik Indonesia. Pada Wisma Merdeka yang memiliki luas 1.200
m2, misalnya, pengunjung dapat melihat Ruang Tidur I dan Ruang Tidur II
Presiden, Ruang Tidur Keluarga, Ruang Tamu, serta Ruang Kerja dengan penataan
yang demikian indah. Di gedung ini wisatawan juga dapat melihat hiasan-hiasan
berupa patung serta lukisan-lukisan pilihan.
Sementara di Wisma
Negara, para turis dapat menyaksikan sebuah bangunan dengan luas sekitar 1.476
m2 yang merupakan bangunan untuk menjamu para tamu negara. Antara Wisma Merdeka
dan Wisma Negara terdapat celah sedalam + 15 meter yang memisahkan dua wisma
tersebut. Oleh sebab itu, dibangunlah sebuah jembatan sepanjang 40 meter dengan
lebar 1,5 meter untuk menghubungkan dua wisma itu. Para tamu negara biasanya
akan diantar melalui jembatan ini untuk menuju Wisma Negara, sehingga jembatan
ini juga dikenal dengan nama Jembatan Persahabatan. Para tamu kehormatan yang
pernah melewati jembatan ini antara lain, Kaisar Hirihito dari Jepang, Presiden
Tito dari Yugoslavia, Ho Chi Minh dari Vietnam, serta Ratu Juliana dari
Nederland.
Wisma Yudhistira
merupakan tempat menginap rombongan kepresidenan maupun rombongan tamu negara.
Wisma yang terletak di tengah kompleks Istana Tampak Siring ini memiliki luas
sekitar 1.825 m2. Sedangkan Wisma Bima dengan luas bangunan sekitar 2.000 m2
biasanya digunakan sebagai tempat istirahat para pengawal presiden maupun
pengawal tamu negara.
Masih dalam kawasan
Istana Tampak Siring ini, para turis juga dapat menikmati obyek wisata lainnya
yang cukup terkenal di Pulau Bali, yaitu Pura Tampak Siring yang berada tepat
di bawah Istana Tampak Siring. Pura ini juga dikenal dengan nama Pura Tirta
Empul karena di pura ini terdapat sumber mata air suci (“tirta empul”). Di
tempat ini, para turis dapat melakukan meditasi maupun meraup berkah dengan
cara mandi di kolam khusus yang dialiri oleh air dari Tirta Empul. Mata air
yang disakralkan ini konon sudah digunakan untuk penyucian dan pengobatan sejak
seribu tahun yang lalu.
Kompleks Istana Tampak
Siring dan Pura Tirta Empul berada kurang-lebih 40 kilometer dari Kota
Denpasar. Dari Ibu Kota Propinsi Bali ini, wisatawan dapat menggunakan
kendaraan pribadi atau kendaraan umum (taksi). Namun, apabila menginginkan
tamasya yang praktis, para turis dapat menyewa jasa biro perjalanan (travel
agent) yang terdapat di Kota Denpasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar