Minggu, 06 November 2011

Analisis Diksi


Mencegah Sopir Tak Ugal-Ugalan

M Budi Santosa
Jum'at, 4 November 2011 - 10:45 wib

RENCANA kenaikan gaji sopir bus TransJakarta menjadi Rp5 juta mungkin hanya salah satu dari sekian solusi agar sopir tidak ugalan-ugalan. Namun dengan hanya melakukan pendekatan gaji, tentunya penyelesaian atas berbagai kasus bus TransJakarta menjadi tidak komprehensif.

Berbagai kasus kecelakaan dan insiden yang melibatkan bus TransJakarta baik itu tabrakan ataupun kebakaran, tidak semata-mata karena aspek gaji yang kecil. Bisa jadi aspek lainnya juga perlu dilakukan perbaikan seperti soal perawatan dan pengecekan sparepart. Banyak sekali kejadian bus ini terbakar tanpa penyebab yang jelas. Bahkan ada yang terbakar saat mengisi bahan bakar. Itu semua menunjukkan lemahnya pengecekan kesiapan armada.

Jadi kemudian pantas dipertanyakan apakah dengan menaikkan haji sopir menjadi Rp5 juta lantas berbagai insiden akan berakhir. Belum tentu. Apakah sikap ugal-ugalan sopir juga berakhir? Belum tentu juga.

Penyelesaian masalah bus TransJakarta ini selayaknya diikuti dengan perbaikan dari hulu sampai hilir. Yang pertama terkait proses rekrutmen SDM. Baik itu sopir maupun teknisi harus mumpuni. Misalnya saja bisa saja sopir harus sarjana karena akan mendapatkan gaji cukup besar. Tapi hal yang terpenting dia harus memiliki jiwa melayani. Harus memiliki jiwa yang bertanggung jawab. dan yang terpenting juga harus bisa mengendalikan emosinya karena dengan jalanan di Jakarta yang supersemrawut dipastikan emosi sopir pun akan terganggu.

Demikian juga dengan teknisi. Mereka juga harus bisa bekerja optimal dan tidak asal-asalan. Bisa saja mereka secara skill supercanggih, namun tanpa adanya jiwa melayani dan tidak bertanggung jawab, dapat membuat mereka bekerja asal-asalan. Ujung-ujungnya pengecekan armada pun tidak optimal dan cenderung sembarangan.

Jadi semestinya aspek psikologis pantas dikedepankan. Jika psikologis mereka labil, maka dipastikan kerja mereka pun akan tidak terkendali dan cenderung ugal-ugalan. Dan terpenting, tidak ada kolusi dalam proses penerimaan pegawainya.

Itu pun belum cukup. Untuk mendukung moda transportasi massal ini memang diperlukan jalur khusus yang lebih aman dan nyaman. Banyak sekali koridor busway yang sangat membahayakan bagi pengendara kendaraan lain dan akhirnya rawan kecelakaan. Untuk itu penataan ulang pantas dilakukan. Karena banyak pemberitaan menyebutkan bus TransJakarta dirusak warga karena menabrak pejalan kaki atau pengendara kendaraan lainnya.

Kemudian yang harus disiapkan juga adalah soal tempat-tempat khusus untuk pengisian bahan bakar, terutama yang menggunakan bahan bakar gas (BBG). Lokasi-lokasinya pun harus tepat dan tidak menimbulkan masalah baru. Jika terjadi insiden atau apapun tidak akan mengganggu warga lainnya.

Beberapa poin di atas tentu saja hanya bagian kecil dari upaya memperbaiki moda transportasi yang main diminati warga Jakarta ini. Kami percaya, Pemprov dan pengelola bus TransJakarta masih menyimpang segudang langkah untuk meningkatkan kinerja mereka. Semoga saja, dengan ikhtiar yang baik dan benar, moda transportasi ini makin menunjukkan kelasnya.


Sumber : http://suar.okezone.com/read/2011/11/04/59/524783/mencegah-sopir-tak-ugal-ugalan


Analisis
-          Ugal-Ugalan bahasa bakunya adalah tidak teratur dimana ugal-ugalan dipakai orang sebagai ketidaksukaan pada orang yang tidak teratur
-          Sparepart adalah serapan dari bahasa asing yang di artinya dalam bahasa Indonesianya adalah suku cadang, sparepart selain enak didengar dalam pengucapan dan juga orang Indonesia sudah terbiasa memkai kata sparepart sebagai pengganti suku cadang
-          Super semrawut kata super merupakan serapan dari asing yang dalam bahasa Indonesianya adalah luar biasa dan semrawut kata bakunya adalah tdak teratur
-          Skill supercanggih sama seperti super, skill juga merupakan serapan dari asing, seharusnya kita memakai kata keahlian sedangkan pada super seharusnya luar biasa
-          Ujung-ujungnya seharusnya disini kita memakai kata akhirnya dimana kata terebut merupakan kata yang lebih baku
-          Psikologis juga merupakan serapan asing dimana kata dalam Bahasa Indonesia adalah kejiwaan kata tersebut sering dipakai karena kata kejiwaan lebih lekat dengan orang “gila”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar